Senin, 14 April 2014

Kumpulan Cerpen Harian



Ternyata !!


“drun bandrun tangio, srengenge wes semburat kae lo”
            Yah seperti biasa mak ku setiap pagi berkumandang ditelinga untuk membangunkanku. Yah mak yang selalu mencoba perhatian padaku, karena aku hanya anaknya satu-satunya yang mak punya.
“kowe ki arep dadi opo? Golek penggawean kono ojo cangkrukan ae” kata mak ku
“iyo mak, seng sabar, iki yo proses golek” sahut ku
            Setelah lulus sarjana S-1 Ilmu Komunikasi aku nganggur dirumah. Cari pekerjaan kesana-sini tak kunjung dapat. Banyaknya pesaing membuatku lengser dari dunia kerja. Kegiatan rutinku sekarang setiap pagi hanya nongkrong ditemani rokok ku yang selalu setia dan deretan kolom lowongan kerja dikoran.
“kok yo anggel men golek penggawean” Gunam ku
            Tuntutan dari hidup membuatku harus berusaha keras dalam mencari pekerjaan. Mak yang selalu mengomel juga menjadikan kuping ini risih.
            Pagi itu. Romi sahabat kuliahku dulu datang menemuiku. Dia menawarkan pekerjaan untukku. Senang mendengar itu semua, tapi ternyata setelah mendengar penjelasan pekerjaan yang ditawarkan aku sedikit ragu.
“Drun aku sudah lama kenal kamu, tolonglah bantu aku juga. Aku ada pekerjaan juga buat kamu, gajinya lumayan drun” Kata Romi
“Wah apa itu rom, aku sih mau-mau saja aku juga belum dapat kerja ini” Jawab ku
“ Kamu kan bisa nyetir, aku mau kamu jadi sopir untuk barang-barang kargoku” Jawab Romi
“Boleh saja rom, barang apa memangnya?” Tanya ku
“Sudahlah ini barang-barang dari kolegaku yang tak bisa kujelaskan, tugasmu hanya mengantarkannya saja drun” Ulasnya
            Tawaran ini membuatku sedikit ragu, karena romi tak mau menjelaskan barang-barang yang harus diantarkannya.
“Hem, baiklah akan aku coba, kapan aku mulai bisa kerja?”
“Besok malam jam 11, kerja mu hanya malam saja drun. Gajimu akan langsung kamu terima saat setelah kamu selesai mengantarkan barang-barang itu, bagaimana?”
“baiklah kalo begitu, terima kasih rom”
“Ok, sama-sama besok malam aku tunggu kamu dirumahku drun, aku pamit”
            Setelah Romi pulang aku memikirkan lagi apa yang telah kusetujui, sedikit ragu dan bimbang, tapi yaudahlah dari pada nganggur.
            Besok malamnya aku datang ke rumah Romi.
“Drun mari masuk” sapa Romi yang telah menunggu kedatanganku didepan rumahnya.
“Iya rom, bagaimana alur kerjaku ini?”
“Jadi begini drun, kamu antar barang ini ke alamat yang sudah kutulis. Lewat jalan perkampungan saja biar gak kena macet drun, karena harus diantar cepat” Jelas Romi
“Ini kan malam juga Rom, gak mungkin kena macet juga” tanyaku penasaran
“Sudahlah ini instruksinya, kamu nurut sajalah” Ujar Romi dengan serius
“Baiklah kalau begitu, aku berangkat Rom”
“Iya, hati-hati Drun”
            Aku berangkat dengan hati yang sedikit tidak enak, karena aku tak mengetahui kejelasan apa yang aku bawa. Tapi mau bagaimana ini pekerjaan ku sekarang yang harus kukerjakan agar dapat uang. Selang beberapa minggu aku menjalani pekerjaan ini, aku mendepat seorang rekan kerja. Dia sama misterius nya dengan barang yang ku bawa. Perawakan tinggi gemuk dan rambut ikal panjangnnya yang selalu diikat itu membuatnya terlihat garang. Dia tidak pernah mau juga memberi tau dan mau untuk tau barang yang diantar. Dan dia juga meminta agar lewat jalan-jalan sepia tau perkampungan ketika mengantar barang itu.
“Mas basuki sebenarnya barang apa to yang kita bawa ini?” Tanya ku
“Kita dibayar untuk mengantar saja bukan banyak Tanya drun” Jawabnya cuek
Aku hanya bisa terdiam dan melanjutkan mengemudiku. Rasa penasaran ini terus saja menghantuiku.
“ Hindari kerumunan polisi itu!” Pekik Basuki
“ Kenapa mas?”
“ Hindari saja aku tidak mau kembali kepenjara lagi”
“ Baiklah mas” Jawab ku
            Semakin hari kerja ini membuatku harus was-was, aku takut barang-barang ini illegal atau barang haram.
            Akhirnya aku memberanikan diri untuk mengetahui barang-barang yang aku antar, saat berhenti untuk mengisi bahan bakar. Mas Basuki sedang berada ditoilet, aku memberanikan diri untuk membuka bak mobilku. Tumpukan kardus yang berjejer aku coba buka satu diantaranya. Aku kaget setelah mengetahui apa isi kardus itu. Ya, tumpukan ganja yang sudah dilinting rapi siap pakai. Aku langsung menutupnya kembali, takut kalau Mas Basuki sudah selesai. Aku kembali di kursi mengemudi ku, aku diam dan berfikir bagaimana setelah mengetahui tentang barang-barang itu. Apa aku harus berhenti bekerja atau melaporkannya. Kalau aku berhenti aku dapat uang dari mana, padahal emak ku sudah senang tau kalau aku kerja. Tapi kalau aku terus bekerja malah akan membahayakan diriku, iya memang awal lancar-lancar saja,  kalau sudah lama dan akhirnya polisi tau akan barang-barang ini bisa masuk penjara aku, bisa sedih emak dan bisa berantakan hidupku. Pikiranku berhamburan, aku tidak berhenti memikirkan apa yang terjadi nanti. Tiba-tiba pikiranku pecah saat mas Basuki mulai masuk mobil.
“Mari kita jalan” Kata mas Basuki
“Oh, Iya mas” dengan sedikit kaget aku menjawabnya.
“Kenapa kamu drun?”
“Oh, tidak apa-apa mas”
            Setelah selesai mengantarkan barang-barang haram itu, aku pulang, dirumah pikiranku tak bisa berhenti terus memikirkan bagaimana jadinya. Takut, gelisah, dan binggung menjadi satu dalam pikiran.
            Selesai sholat dhuhur, aku akhirnya memutuskan untuk memberanikan diri ke kantor polisi. Aku yakin keputusanku benar dan tidak akan jadi masalah ketika aku menceritakan dengan sejujurnya ke pada polisi. Selama perjalananpun aku tak berhenti-hentinya memikirkan resiko yang akan kuhadapi, cemas dan was-was selalu menghantuiku. Tapi aku yakin Allah akan selalu berpihak pada hambanya yang tidak salah. Ah, benar aku harus berani menghadapi ini semua.
Sesampainya kantor polisi aku menceritakan semua kejadianya ke polisi. Mulai kejadian awal aku menerima pekerjaan itu, berapa lama telah bekerja, barang-barang itu dikirim kemana dan saat aku mengetahui kejelasan barang-barang tersebut semuanya aku ceritakan.
“Terimakasih mas Badrun atas kerja samanya”
“Apa saya juga akan masuk penjara pak?”
“Tenang mas, karena mas sudah mau membantu polisi, saya akan usahakan mas Badrun bisa ditangguhkan dari hukuman”
“ Yang benar pak?”
“ Iya mas, sekarang tugas mas kembali ke pekerjaan seperti dulu, lalu pihak kami akan datang untuk melakukan penggerebekan, usahakan sebelum berangkat mas menunggu kedatangan kami”
“Iya pak, saya akan usahakan itu”
“Terimakasih mas atas kerja samanya, nanti hubungi kami kalau mas sudah mau berangkat kerja”
“Baik pak”
            Malam yang dinanti telah datang, aku mulai berangkat kerja seperti biasa. Tapi perasaan ku tidak seperti biasa, was-was menghantuiku lagi, aku takut rencana ini terbongkar. Aku mulai untuk mengabari polisi bahwa aku akan berangkat untuk ketempat lokasi.
            Sesampainya disana aku masih menunggu kardus-kardus masuk dalam bak mobil. Sementara polisi menghubungiku untuk mengulur lagi 10 menit. Aku binggung apakah polisi akan datang tepat waktu atau tidak. Akhirnya aku alasan untuk ijin buang air besar kebelakang agar dapat menggulur waktu keberangkatannya.
“Mas aku ijin kebelakang sebentar, sakit perut mas kayaknya kebanyakan makan sambel pete tadi, haha”
“Iya jangan lama-lama!”
            Huh jawaban yang begitu mengesalkan, untuk saja kamu besar mas jadi aku gak berani, gumamku dongkol. Tapi yasudahlah pasti setelah ini kamu akan kapok. Jahat juga ternyata aku, gumaman-gumaman kecilku yang terlintas sedikit menguranggi rasa cemasku.
            Dikamar mandi ku tatapi terus jam tanganku, menunggu kabar dari polisi yang tak kunjung datang, dan akhirnya polisi menghubungiku bahwa dia sudah berada didepan. Aku bergegas menuju depan, ternyata polisi sudah meringkus mereka.
“ Terimakasih mas badrun atas kerja samanya, besok pagi saya harap bisa datang ke kantor untuk memberikan penjelasan lebih lanjut” kata polisi yang menghampiriku sambil menjabat tangganku.
“ Oh, iya pak, sama-sama, besok saya akan datang” tegas ku.
“ Awas kamu drun” teriak mas Basuki
“ Dasar gak tau diri kamu drun, teman macam apa kamu ?” Sahut Romi juga
“ Maaf, semoga kalian sadar dipenjara”
            Akhirnya aku lega ketika melihat mereka mulai dibawa ke mobil polisi. Semoga dengan kejadian ini mereka sadar akan perbuatannya. Pelajaran lagi, aku juga harus hati-hati dalam menerima pekerjaan agar tidak terjerumus lagi seperti ini.
            Mobil polisi dan pick up yang memuat kardus ganja sudah mulai jauh tak tampak. Hemmm, baiklah aku harus pulang dan istirahat agar besok bisa semangat untuk mencari pekerjaan lagi, dan agar emak bangga lagi padaku. Maaaaaakkkk anakmu ternyata hari ini jadi pahlawan...!!! Teriakku sambil bergegas pulang.


Cerpen 1

Disudut jalan



Disudut antrian perayap jalanan, terlihat gubuk penuh lampu dengan kepulan asap rokok didalamnya. Berjenggot dengan pakaian pakaian batik coklat rapi terlihat penuh gairah saat menghisap rokok ditangannya menancap tepat dimulutnya yang mulai kehitaman itu. Secangkir kopi yang mungkin telah habis karena tidak diminum-minumnya saat dia khusuk menikmati gemerlap lampu jalanan yang hiruk pikuk.
            Terlihat diseberang mejanya pria bertato angka yang berceloteh dengan keras bersama teman wanitanya. Pasangan wanitanya yang mengenakan kaos kotak-kotak hitam dengan gaya punk yang berusaha mengimbangi lelucon yang sedang dibicarakan mereka. Terlihat begitu asik menghiasi gubuk itu.
            Disudut lain pandanganku terlihat pria dengan jaket gunung kumal dan rambut acak-acakan mulai masuk gubuk itu. Pria yang mencoba melepaskan keletihan, mungkin selesai mendaki karena bawaanya yang begitu banyak dan dandanan gunung itu terlihat kental darinya. Pelayan dengan baju kotak-kotak seragam dari gubuk itu menghampirinya, mencoba untuk menawarkan sesuatu yang dapat melepaskan keletihannya.
            Pandangan-pandanganku pecah ketika klakson mobil dibelakangku mengagetkanku.
“tot.tot. Ayo lekas kau jalan”
            Yah, aku harus kembali melihat antrian jalanan dengan penuh harap aku akan cepat sampai ketempat singgah kekasihku untuk melamarnya.


Cerpen 2

Tiada duanya


Ruangan ini tidak lebih dari 4x4 meter persegi. Ruangan dimana tempatku tidur dan singgah. Ruangan yang penuh dengan barang-barangku. Yah, barang-barang yang berserakan tak tertata. Itulah kamarku, unik dan berantakan itulah yang membuatku senang berada didalamnya. Ruangan tempatku melepaskan letih dari rutinitasku sehari-hari. Tak jarang ibuku selalu memarahi, karena kamarku itu. Tapi, yasudahlah namanya juga kamar anak bujang. Pikirku saat itu. 
            Ruangan itu penuh dengan ketenangan, dari kecil ruangan itu sering jadi toilet buatku. Maklumlah anak kecil pasti merasakan ngompol. Mulai beranjak dewasa dinding tembok tak lagi polos. Coret-coret dan poster-poster mulai bertempelan disana kemari. Tak lupa foto gadis-gadis ku dulu terpampang berjajar ditembok. . Mulai beranjak dewasa dinding tembok tak lagi polos. Coret-coret dan poster-poster mulai bertempelan disana kemari. Tak lupa foto gadis-gadis ku dulu terpampang berjajar ditembok. Yah. Mungkin memang aku ternyata playboy, dan itu menjadi kenangan yang membuat tempat ini special.
            Sampai tak jarang kamar kecil ini menjadi tempat untuk nongkrong setelah dari kampus. Maklum barang-barang hiburan dikamarku cukup memadai. Sehingga mereka betah untuk main dikamarku walaupun kecil dan sumpek. Apalagi jika sudah ditemani rokok obrolan diantara kami tidak akan terasa. Sungguh kamar ini tiada duanya.

 

Cerpen 3
Emosi


Kota perantauanku, ya kini berusaha mencari solusi untuk menjadi tertib dan nyaman, kira-kira telah gagagl. Kaleng-kaleng kendaraan malah bertumpuk menghias hitamnya pekat aspal. Jalanan yang setiap hari kutapaki tanpa harus mengerutkan kening kini berubah. Jalanan yang kutempuh tanpa harus menunggu setengah jam untuk sampai tujuan bukan malah lebih seberapapun terburu-buru dan sepenting apapun itu. Tapi tetap saja hanya yang berkuasa dan beruang yang dapat lewat sesukanya dengan iring-iringan polisi misalnya, yah itulah memang negaraku. Jalan itu sekarang menjadi arena pacuan kuda, siapa yang nekat dan berani dia yang menang. Tua, muda, wanita kini hilang aturan. Mereka kira jalan ini area gocard yang bisa tubruk sana-sini seenaknya.
            Jalanan yang dulunya berisi promosi-promosi produk pun kini sudah bertambah dengan promosi-promosi amarah hati yang tak rela dengan keadaan kota mereka. Serentetan kepenatan kota ini mungkin akan berakhir, ya mungkin. Tapi yang jelas sekarang hanya emosi, emosi, dan emosi saja.


Cerpen 4
Ibu

Kulihat sosok yang berdiri dari kejauhan. Terlihat tubuhnya yang berdiri penuh beban. Kulit yang mulai tua, tubuh yang mulai menurun dayanya. Paras itu yang selalu memberikan tenaga untukku saat pagi hari. Saat fajar mulai muncul dialah yang kulihat pertama kali menggerakkan langkah dan jemarinya dirumah. Kepedulian dan rasa tanggungjawab yang besar. Mungkin dia adalah orang yang biasa. Orang yang tak ikut kejuaran dan orang yang hanya memiliki kemampuan dan daya yang telah menurun. Tapi mungkin kemampuan dan daya itu telah berkorban demi masa depan orang-orang yang dia sayangi.
            Yah, kini saat aku sedang tak bersemangat untuk melakukan hal apapun omelan-omelan itu yang masih saja selalu kuingat. Omelan yang begitu menyengat, tapi mungkin omelan-omelan itu sekarang yang kurindu dari nya. Ibu yang telah memberikan tenaganya untukku. Dikejauhan ini, semoga bisa membalas hasil yang ibu berikan padaku.

Cerpen 5
Aku

            Mungkin sekarang yang kulihat dari diriku adalah tubuhku yang mulai tumbuh. Berjenggot dan berkumis seperti apa yang ku ingin waktu kecil. Bibir yang merah kehitaman karena rokok yang tak luput menemaniku dalam hari-hari ku. Badan yang mungkin hampir sepadan dengan serizawa tokoh jepang yang kukagumi yang menambah gagahnya diriku. Tapi itu tak luput dari kekurangan. Sekarang mungkin olahraga telah kutinggalkan, karena disamping malas, mungkin kini kakiku telah tak mampu lagi dipaksa untuk bekerja keras seperti olahraga karena kecelakaan yang kualami saat aku masih semester satu dulu.
            Yah, tapi itu semua bukan hambatanku, dan tak akan menutup kemungkinan juga aku menjadi seorang yang lebih sukses dengan pemikiran-pemikiran hebatku. Ah, tidak lah aku tidak boleh sombong. Kemungkinan juga kesombongan itu perlu dilihatkan karena paras yang juga mendukung dari dirikku. Pantas saja dulu banyak wanita banyak yang nyaman denganku, hah itu dulu. Sekarang wanita manapun tak akan kubiarkan mendekat karena mungkin hati ini telah berlabuh lebih dulu. Ya, begitu lah pikiranku sebagai pria dewasa telah mulai melekat dalam percintaan, karir dan segalanya.
“Le ayo berangkat” teriak ibuku dari luar kamar yang memecah lamunanku
            Mungkin lamunan tadi adalah semangatku agar aku tetap percaya diri untuk berangkat meminang labuhan hatiku setelah ini. 

Cerpen 6

Dia itu …

            Dia adalah sosok teman yang dulunya pertama aku kenal. Tubuhnya yang mungil, senyum yang begitu manis, dan tatapannya matanya yang indah itu begitu merindukan untuk melihatnya. Yah, teman sekelas yang dulunya aku tak mengenalnya tapi akhir-akhir ini dia telah mencuri pandanganku. Entah mengapa saat memandangnya begitu membuat hati ini merasakan hangatnya saat udara musim panas yang dihiasi bunga-bunga bertaburan. Mata yang tak kunjung lepas untuk mencuri-curi pandangan darinya. Jatuh cinta atau kah hanya sekedar mengaguminya. Ah entahlah.
            Waktu terus berjalan, hari-hari bertemu dengannya membuatku semakin merasakan hal aneh. Tingkahnya yang lucu, centil, dan cerewet itu membuatku merasakan kenyamanan saat berada didekatnya. Canda tawanya selalu menghiasi hari-hari saat kita mulai mengenal satu sama lain. Suaranya yang begitu manja membuatku selalu merasakan ingin tersenyum saat mendengar nya. Kini setiap hari dia dan teman-temannya selalu berkumpul dengan  kelompokku. Dari situlah kami mulai akrab. Dari mulai main, mengerjakan tugas dan nongkrong hingga larut malam.
            Ternyata sifat dan tingkah nya yang begitu lucu itu menggoda hatiku untuk lebih dalam mengenalnya. Akhirnya aku memberanikan diri untuk mulai menyampaikan perasaan ku ini kepada sahabatnya. Sisi adalah sahabatnya mulai dari awal masuk sekolah. Dia mendengarkan dan terlihat mendukungku saat itu, yah semoga saja benar. Makin hari makin dekat dan tak kubayangkan teman-temanpun juga mulai mengejek kami. Mulai dari mereka menyuruh untuk mengantarkannya dan sebagainya. Malu tapi rasa senang juga menyelimutiku.
            Sampai pada akhirnya aku benar-benar untuk membulatkan tekatku untuk menyatakan apa yang aku rasakan. Tepat pukul 22.00 malam setelah kita selesai nongkrong bersama. Aku telah menyiapkan sebuah rencana yang sebelumnya aku sendiri belum pernah melakukan dan tak yakin apakah berhasil. Sedikit ragu dan tak yakin dengan tekatku. Tapi aku membuang semua angan-angan jelekku, aku hanya focus untuk melakukan hal ini. Dan tepat sesuai rencana aku menyampaikan apa yang ku rasa.
“Sudah lama aku memikirkan ini semua, dan akhirnya aku benar-benar tak bisa melupakan dan terus ingin bersamamu, maukah kau menerima ku sebagai pacarmu ti? Aku sungguh menyayangimu” sedikit gemetar, tapi dukungan dari teman-teman dengan dibantu iringan music membuatku menjadi semangat lagi. Dia seperti bingung dan kaget melihat ini semua, senyumnya tak berhenti tertutup. Dan akhirnya dia melontarkan sepatah kata. “Iya aku mau” begitu senangnya mendengar kalimat itu. Hiruk pikuk sorak dari teman-teman berhamburan menyelamatiku. Hiasan lilin dan dingin nya malam menjadi saksi bisu kejadian ini. Dia yang dulunya temanku kini akan tetap menjadi teman yang begitu dalam dihatiku. Kini senyumnya akan selalu menghiasi hari-hariku setiap saat, yah begitulah pintaku.

Cerpen 7

Subanallah

Subanallah, begitu indah anugrah yang engkau ciptakan. Betapa tidak, ditengah hujan ini engkau masih meberikan hambamu ini rasa semangat untuk menjalankan tugas. Dingin dan basah tak menjadi masalah. Walau hanya sebatang rokok yang tak habis kuhisap sudah cukup untuk menjadi pemicu semangat dan hangatnya tubuh.
“Diutes saja dulu rokok e, lanjut saja nanti” ujar dosen ku yang akan mengajar.
            Yah apalagi ketambahan diajar oleh beliau rasanya dingin tak lagi jadi dingin. Waktu malah begitu cepat berlalu. Dosen yang begitu keren ini menarik semua perhatian mahasiswanya untuk kagum pada beliau.
            Satu lagi pembuat hangat suasana hari ini adalah dirinya yang selalu menemaniku menjalani hari-hari ini, ya mungkin karena kita sekelas tapi kedatangannya dihadapanku dengan senyumannya menjadikan pelengkap penyemangat dinginnya hari ini. Terima kasih kebahagian itu memang berawal dari sebuah kesederhaan kecil yang bisa saja kadang terlewatkan oleh kita.


Cerpen 8

Siapa?

Disudut danau itu, setiap sore seorang laki-laki parubaya selalu duduk termanggu disana. Pakaian lusuh, dan jenggot yang lebat menghiasi mukanya. Dengan suara serak-seraknya dia selalu bernyanyi gending jawa dengan kencang. Putus cinta atau sedikit butuh perhatian?? Sering juga dia menuliskan nama Mariam ditembok pinggir sudut danau itu. Kekasih, istri atau kah nama orang tua. Pertanyaan itu yang sering terngiang dimasyarakat sekitar dan aku yang mendengarkannya. Ketika ditanya orang itu hanya diam, terkadang dia malah pergi ketika ada orang yang mendekatinya.
            Karena terlalu penasarannya mas Bayu warga sekitar mencoba membututi dimana laki-laki itu tinggal. Hingga sampainya mas Bayu pada gubuk tua. Laki-laki tua itu masuk kedalam gubuk itu. Gubuk yang kemungkinan sudah tua karena kayu-kayunya yang hampir keropos. Tetangganya hanya pohon-pohonan pisang karena bisa dibilang gubung itu terletak dipelosok kampung mau ke hutan. Mas Bayu mulai diam-diam mengintip kedalam rumah dan akhirnya memberanikan diri untuk masuk ke dalam rumah itu. Sesampainya diruang tengah dia melihat ada bingkai foto laki-laki tua itu sewaktu masih muda mengenakan seragam tentara dan ditemani seorang wanita dan kedua anak kecil. mungkin itu Mariam, kata Mas Bayu dihatinya. Dan kenapa seorang mantan tentara sepertinya bisa tinggal ditempat seperti ini dan kenapa sekarang laki-laki tua ini sendiri? Kemana keluarganya matikah, pergi, atau??
Pertanyaan itu masih mengganjal diahati Mas Bayu, aku dan masyarakat.
            Seminggu kemudian terdengar kabar bahwa laki-laki tua itu meninggal. Masyarakat sekitar segera berbendong-bondong datang untuk mengurus jenazahnya karena dia tak punya keluarga. Disitulah muncullah sebuah jawaban. Salah satu warga menemukan catatan laki-laki tua itu. Ternyata semasa dia ditugaskan untuk melawan penjajah, istri dan kedua anaknya dibunuh oleh seorang perampok yang ingin merebut harta mereka. Sehingga saat dia pulang dari tugas dia sangat kaget saat melihat keluarganya telah tiada. Dia sangat begitu menyesal dia tak ada saat keluarganya membutuhkannya. Sehingga membuatnya sangat terpuruk dan melepaskan jabatannya dan menjadi seperti sekarang. Begitu sangat tragis dan berat cobaan hidupnya. Sekarang mungkin dia akan bertemu dengan keluarganya dan tenang bersama mereka di alam sana.



Cerpen 9

Kehilangan


Sekarang aku bukanlah seorang cahaya lagi bagi kedua orang tuaku. Mungkin setelah ini aku akan menjadi cahaya gelap, air yang keruh dan tak ada artinya.
“Mika kamu sudah bangun?” Tanya Juno yang tidur disebelahku
“Iya” Jawabku dengan penuh sesal
“Kenapa sayang? Malam ini indah kan? Apa kamu belum puas? ” Ujarnya lagi sambil menggerayangi tubuhku
Aku hanya bisa terdiam.
Kejadian ini terjadi setelah papaku meninggal, yah papa yang selalu menyayangiku dari pada mama yang hanya sibuk dengan teman-temannya. Setelah papa meninggal tidak ada satupun yang peduli dengan ku, hanya Juno yang tiba-tiba muncul dengan perhatiannya yang lebih untukku. Akhirnya setelah selang beberapa minggu dia menyatakan perasaan sukanya padaku. Karena begitu pedulinya padaku, akhirnya aku menerimanya. Kami sering keluar hingga larut. Dan akhirnya hari itu datang, saat dirumah temannya, Juno menawarkan minum padaku, setelah meminumnya aku merasa mengantuk yang akhirnya membuatku tak sadarkan diri. Dari situlah Juno menumpahkan kelakuan bejatnya.
            Setelah kejadian itu, tiap malam Juno mendatangiku untuk memuaskan kepuasan birahinya. Aku tidak bisa menolaknya lagi karena dia mengancam tidak akan menikahiku. Hanya pasrah dan isak tangis yang dapat kulakukan.
            Setiap pulang kerumah mama tak ada lagi pedulinya padaku. Kelakuannya semakin menjadi-jadi, sekarang mama tidak hanya sibuk dengan teman-temannya wanita, tetapi juga laki-laki. Sedikitpun dia tidak memandangku. Lengkaplah sudah derita ini !!
            Sebulan setelah nya aku kehilangan kabar dari Juno, isak tangis ku semakin meluap, aku merasa dipermainkan dan tak berguna lagi. Juno yang selalu bilang akan bertanggungjawab kini tak ada kabar.
“Dasar cowok brengsek!!!”
Dirumah semakin menambah beban ketika melihat mama setiap malam selalu membawa teman pria nya dengan kondisi mabuk.
“Ma, aku pengen ngomong”
“Ngomong apa seh mika?” jawab mamaku sambil sempoyongan
“aku hamil ma” air mata ku tak kuasa terbendung lagi.
“Lha bagus kalo kamu hamil mika, berarti kamu subur, urusi dulu mama ada tamu”
            Mamapun langsung pergi dengan acuh tanpa memperdulikanku yang sedang menangis menghadapi masalah ini.  Oh ma, sadarlah, gunamku dalam hati.
Lama-kelamaan kandungan ini sudah mulai membesar. Dan menarik perhatian dari sekelilingku. Banyak orang yang sebenarnya tak ingin sekali mereka memperhatikanku tapi malah sebaliknya.
“ Mika perutmu bengkak?”
            Yah ibu-ibu sebelah rumahku memang selalu senang jika bergosip, membuat kupingku selalu pengang saat mendengar mereka menggosip. Senyummanku yang hanya menjawab pertanyaan sekaligus sindiran halus itu.
            Tak ada lagi yang bisa menjadi sandaranku. Kenapa? Jenuh, lelah, dan bosan telah kutemukan. Ternyata hidupku harus berakhir seperti ini, bukan diatas ataupun dibawah, tapi penuh dengan kehampaan. Pikiranku sudah tak mampu lagi untuk berkutat. Sekarang keyakinanku pudar dan tak lagi dapat kutemukan cinta. Perginya aku tak akan membuat orang disekitar ku kehilangan.
“Tooooootttttttttttttt” suara bel kereta api yang terakhir aku dengar.